KURANGNYA rasa toleransi antarumat beragama dapat mengancam ketahanan nasional. Terbukti seperti kerusuhan yang terjadi di Kota Tanjungbalai, Sumatra Utara.
Untuk mencegah hal semacam itu, Direktorat Jenderal (Dirjen) Informasi Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti mengakui peran negara sangat penting dalam memberikan sosialisasi kebangsaan tentang nilai-nilai Pancasila.
Sosialisasi itu dipercaya bisa mencegah lahirnya gerakan-gerakan intoleran ataupun radikal.
"Harus ada tindakan secara terus-menerus untuk memberikan kesadaran, khususnya bagi kaum muda terhadap pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa," jelas Niken saat membuka dialog interaktif kebangsaan yang dilaksanakan bersama Ormas GP Ansor, Jambi, baru-baru ini.
Menurut Niken, berdasarkan penelitian, 50% pelajar dan mahasiswa tidak menganggap Pancasila sebagai hal yang penting.
Tentu hal itu merupakan peringatan bagi pemerintah untuk bergerak menjaga kaum muda agar kembali menempatkan Pancasila sebagai ideologi bangsa. "Untuk itu kita bekerja sama dengan GP Ansor, ormas gerakan pemuda yang sangat kuat sekali dalam mengawal dan menjunjung tinggi ideologi Pancasila," jelas Niken.
Sekjen GP Ansor Adung Abdul Rahman menambahkana GP Ansor telah menanamkan rasa cinta Tanah Air kepada para kader saat mereka pertama kali bergabung. Adung berharap GP Ansor menjadi ormas keagamaan Islam yang membawa rahmat bagi bangsa Indonesia.
Islam pun harus bisa menjadi penyejuk di Indonesia. Untuk itu para ulama GP Ansor sepakat bahwa ideologi negara ini ialah Pancasila. "Kita paham bahwa Bhinneka Tunggal Ika itu ialah anugerah yang harus kita pelihara," tuturnya.
Karena kurangnya rasa toleransi itu pula dua peristiwa vandalisme berbasis agama kembali terjadi di hari yang sama secara sekaligus.
Kejadian pertama terjadi di Gereja Santo Yusuf Desa Plawikan, Kecamatan Jongonalan, Klaten, Jawa Tengah, dan Goa Maria Sendang Sriningsih, Dusun Jali, Desa Gayamharjo, Kecamatan Pramabanan, Sleman, Yogyagkarta. (Uta/P-2)
KURANGNYA
rasa toleransi antarumat beragama dapat mengancam ketahanan nasional.
Terbukti seperti kerusuhan yang terjadi di Kota Tanjungbalai, Sumatra
Utara.
Untuk mencegah hal semacam itu, Direktorat Jenderal (Dirjen) Informasi Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti mengakui peran negara sangat penting dalam memberikan sosialisasi kebangsaan tentang nilai-nilai Pancasila.
Sosialisasi itu dipercaya bisa mencegah lahirnya gerakan-gerakan intoleran ataupun radikal.
"Harus ada tindakan secara terus-menerus untuk memberikan kesadaran, khususnya bagi kaum muda terhadap pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa," jelas Niken saat membuka dialog interaktif kebangsaan yang dilaksanakan bersama Ormas GP Ansor, Jambi, baru-baru ini.
Menurut Niken, berdasarkan penelitian, 50% pelajar dan mahasiswa tidak menganggap Pancasila sebagai hal yang penting.
Tentu hal itu merupakan peringatan bagi pemerintah untuk bergerak menjaga kaum muda agar kembali menempatkan Pancasila sebagai ideologi bangsa. "Untuk itu kita bekerja sama dengan GP Ansor, ormas gerakan pemuda yang sangat kuat sekali dalam mengawal dan menjunjung tinggi ideologi Pancasila," jelas Niken.
Sekjen GP Ansor Adung Abdul Rahman menambahkana GP Ansor telah menanamkan rasa cinta Tanah Air kepada para kader saat mereka pertama kali bergabung. Adung berharap GP Ansor menjadi ormas keagamaan Islam yang membawa rahmat bagi bangsa Indonesia.
Islam pun harus bisa menjadi penyejuk di Indonesia. Untuk itu para ulama GP Ansor sepakat bahwa ideologi negara ini ialah Pancasila. "Kita paham bahwa Bhinneka Tunggal Ika itu ialah anugerah yang harus kita pelihara," tuturnya.
Karena kurangnya rasa toleransi itu pula dua peristiwa vandalisme berbasis agama kembali terjadi di hari yang sama secara sekaligus.
- See more at: http://mediaindonesia.com/news/read/61602/kurangnya-toleransi-bisa-ancam-ketahanan-nasional-1/2016-08-15#sthash.lPeZ20mf.dpuf
Untuk mencegah hal semacam itu, Direktorat Jenderal (Dirjen) Informasi Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti mengakui peran negara sangat penting dalam memberikan sosialisasi kebangsaan tentang nilai-nilai Pancasila.
Sosialisasi itu dipercaya bisa mencegah lahirnya gerakan-gerakan intoleran ataupun radikal.
"Harus ada tindakan secara terus-menerus untuk memberikan kesadaran, khususnya bagi kaum muda terhadap pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa," jelas Niken saat membuka dialog interaktif kebangsaan yang dilaksanakan bersama Ormas GP Ansor, Jambi, baru-baru ini.
Menurut Niken, berdasarkan penelitian, 50% pelajar dan mahasiswa tidak menganggap Pancasila sebagai hal yang penting.
Tentu hal itu merupakan peringatan bagi pemerintah untuk bergerak menjaga kaum muda agar kembali menempatkan Pancasila sebagai ideologi bangsa. "Untuk itu kita bekerja sama dengan GP Ansor, ormas gerakan pemuda yang sangat kuat sekali dalam mengawal dan menjunjung tinggi ideologi Pancasila," jelas Niken.
Sekjen GP Ansor Adung Abdul Rahman menambahkana GP Ansor telah menanamkan rasa cinta Tanah Air kepada para kader saat mereka pertama kali bergabung. Adung berharap GP Ansor menjadi ormas keagamaan Islam yang membawa rahmat bagi bangsa Indonesia.
Islam pun harus bisa menjadi penyejuk di Indonesia. Untuk itu para ulama GP Ansor sepakat bahwa ideologi negara ini ialah Pancasila. "Kita paham bahwa Bhinneka Tunggal Ika itu ialah anugerah yang harus kita pelihara," tuturnya.
Karena kurangnya rasa toleransi itu pula dua peristiwa vandalisme berbasis agama kembali terjadi di hari yang sama secara sekaligus.
- See more at: http://mediaindonesia.com/news/read/61602/kurangnya-toleransi-bisa-ancam-ketahanan-nasional-1/2016-08-15#sthash.lPeZ20mf.dpuf